Rabu, 25 Januari 2012

Kelangkaan Elpiji Bikin Pusing Gubernur


ELPIJI HABIS-Pengumuman elpiji habis di salah satu SPBU.(net/brt) 

*Komisi III Minta Konversi Ditunda Hingga Pertamina Siap
Banjarmasin, BARITO
Langkanya bahan bakar elpiji hingga harganya pun melambung tinggi tidak hanya menyusahkan masyarakat Banjarmasin dan sekitarnya. Gubernur Kalimantan Selatan,  Rudy Ariffin, pun mengaku ikut pusing memikirkan kelangkaan elpiji yang sudah terjadi hampir sebulan ini.
"Saya juga pusing memikirkan elpiji. Di mana-mana warga mengeluh, sulit mencari dan harganya mahal. Ya bagaimana lagi, itu domainnya Pertamina," kata Gubernur kepada wartawan di Banjarmasin, Selasa (24/1).
Gubernur mengatakan, pihaknya sudah beberapa kali menggelar pertemuan dengan Pertamina. Namun, sampai saat ini tidak banyak memberikan perubahan. Padahal, dari pertemuan tersebut, dirinya berharap bisa mengubah keadaan. "Rapat dan duduk bersama juga sudah. Tapi kondisinya masih seperti ini, terus apalagi," cetusnya.
Parahnya, kelangkaan  elpiji terjadi saat pemerintah mengurangi pasokan minyak tanah, seiring pelaksanaan konversi di sejumlah daerah, seperti Banjarmasin, Banjarbaru, Banjar dan Balangan.
"Ganti ke gas, ternyata gasnya langka. Tapi, minyak tanah sulit dicari. Ini yang bikin kita bingung," ujar Rudy.
Ditanya apakah dirinya akan mengusulkan penundaan konversi minyak tanah ke elpiji di sembilan kabupaten di Kalsel, yang rencananya dilaksanakan tahun 2012 ini, Gubernur diplomatis mengatakan, hal itu kewenangan pemerintah pusat.
Namun, Gubernur berharap Pertamina bisa memberikan laporan pelaksanaan konversi di Kalsel secara riil, agar ada pertimbangan kebijakan dari pusat.
Terpisah, Ketua Komisi III DPRD Kalsel,  Puar Junaidi, berharap konversi minyak tanah ke gas di Kalsel ditunda hingga seluruh perangkat pelaksanaan program tersebut benar-benar lengkap, agar tidak semakin menyusahkan masyarakat.
"Kita harapkan Pertamina jangan memaksakan diri, yang justru akan berakibat fatal dan dapat menyengsarakan masyarakat. Sekarang gas susah dicari, sementara harga minyak tanah melambung," tandas politisi Golkar ini.
Puar mengatakan, jika program konversi ini terus dipaksakan, hanya akan menambah beban kehidupan masyarakat. ‘’Kita lihat di empat daerah yang sudah resmi menjalankan program pusat ini malah kehidupan masyarakat tambah sulit,’’ katanya.
Sementara itu, hingga kemarin, harga elpiji di Banjarmasin di kios-kios pengecer masing sangat tinggi, yakni untuk tabung 12 kg berkisar Rp165.00-Rp170.000 dan tabung 3 kg Rp25.000.
Beberapa hari terakhir, Pertamina menggelar operasi pasar (OP) elpiji di SPBU-SPBU di Banjarmasin secara bergiliran dengan harga normal, yakni Rp95.000 untuk 12 kg dan Rp15.000 untuk 3 kg. Dalam waktu singkat elpiji OP tersebut habis diserbu masyarakat.sop

Tidak ada komentar: